PONOROGO-Jauh dari hiruk pikuk dunia politik di Ponorogo, ternyata ada satu figur yang membuat Bupati Sugiri senantiasa menyimpan kerinduan.
Dialah Muhammad Gibran Cahyaning Pangeran, putra bungsu Bupati yang dikenal dekat dengan wong cilik itu.
Gibran dengan tampilan sederhana, santun dan murah senyum sepintas tak terlihat jika remaja kelas XII itu merupakan putra orang nomer satu di Ponorogo.
“Kita sejatinya tidak punya apa-apa, apa yang bisa disombongkan,”katanya lirih.
Ingin berjiwa mandiri, memilihnya untuk menempuh pendidikan pondok pesantren di kota Solo yang jauh dari orangtuanya.
“Sudah 6 tahun mondok di Pondok Modern Islam Assalaam, Solo. Saat ini saya sudah kelas XII MA, InsyaAllah tahun 2022 sudah lulus. Saya sendiri yang memilih meneruskan pendidikannya di Solo ini,”kata Gibran dengan santai.
Soal hobi, Remaja kelahiran 1 Januari 2004 itu menyenangi naik gunung, futsal dan bermusik. “Gunung Sindoro, Sumbing, Prau, Merbabu, Cermai hingga Penanggungan telah saya daki. Mencintai alam harus dimiliki remaja agar bisa menjaganya,”jelasnya.
Remaja sederhana dan santun itu mengaku tak ingin mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi politisi. “Lebih tertarik belajar agama dan berbisnis. Namun, tetap belajar sedikit politik dari ayah sebagai tambahan wawasan,”papar Gibran.
Sebagai anak seorang Bupati Ponorogo, tak membuat Gibran jumawa. Justru ia semakin menyadari penting hidup mandiri dan sederhana. “Saya akui ada bedanya sebelum dan sesudah ayah jadi Bupati. Tapi, semua berjalan dengan biasa saja. Tetap fokus belajar dan mandiri,”lanjutnya.
“Tetap nongkrong sama kawan kawan di warung kopi, nyantai dan berbagi wawasan. Kalau libur, futsal kadang sepak bola,”imbuhnya.
Seusai menyelesaikan pendidikan di Solo, Gibran berharap bisa meneruskan di Kairo Mesir. “Ingin memperdalam agama,”tandasnya.
Disaat libur semester, Gibran selalu pulang kampung di Ponorogo. Bahkan, remaja berparas tampan itu, kerap kali tidur bersama ayahnya untuk melepas rindu.(*)