Bedol Pusaka dan Makna “Laku” Pemimpin Kabupaten Ponorogo

PONOROGO-Lantunan kidung Singgah-Singgah Kala Singgah mengiri penyerahan tiga pusaka Kabupaten Ponorogo — tombak kiai tunggul nogo, songsong kiai tunggul wulung, dan angkin chinde puspito –, oleh Kang Bupati Sugiri Sancoko kepada pembawa pusaka, Senin (17/7/2023) malam.

Dengan “topo bisu”, berjalan tanpa alas kaki, dan dikawal ratusan bergadha, tiga pusaka tersebut dibawa dari Pringgitan, Rumah Dinas Bupati Ponorogo (kota tengah) ke Kota Lama, Gedong Setono, kompleks makam pendiri kabupaten Ponorogo, Eyang Bathoro Katong.

Di sepanjang rute, lampu penerangan jalan umum (PJU), rumah dan ruko-ruko pun dimatikan. Penerangan hanya dari obor yang dibawa pasukan pengawal. Dalam kegelapan yang nyaris total itu, suara gong bende membuat suasana semakin sakral.

Kang Bupati Sugiri Sancoko memaknai tiga pusaka itu merupakan simbol laku dari seorang pemimpin. Tombak kiai tunggul nogo dimaknai laku seorang pemimpin yang mampu mengambil keputusan berani, tegas, dan tajam untuk kepentingan rakyatnya.

Kemudian songsong kiai tunggul wulung yang berupa payung dimaknai laku pemimpin yang mengayomi rakyatnya. Terakhir, angkin chinde puspito yang berupa sabuk, dimaknai pemimpin harus menahan hawa nafsu dan perbuatan tercela.

“Pusaka itu, bukan semata-mata pusaka atau benda, tapi kita harus meneruskan spiritnya. (adv/el)

Comments