PONOROGO-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo terus berupaya menekan angka stunting bayi lahir di Bumi Reog. Bahkan untuk mengejar target 5 persen tahun ini, seluruh unsur organisasi horizontal dan vertikal termasuk Ormas, dilibatkan guna mengatasi stunting yang masih terjadi hingga saat ini tersebut.
Dalam rembug stunting yang digelar di Gajah Mada Kota Ponorogo, yang dipimpin Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko itu, sejumlah permasalahan diangkat guna mencari solusi bersama, untuk percepatan penyelesaian Stunting, Senin (27/05/2024).
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan, pengentasan masalah stunting dengan melibatkan semua unsur ormas dan organisasi pemerintah di Kabupaten Ponorogo sangat penting dilakukan. Pasalnya, menciptakan generasi berkualitas kedepan menjadi tanggung jawab bersama.
” Menyelamatkan generasi penerus dan kwalitasnya, dimualai dari hal terkecil dan terdini mungkin yaitu bagiamana mengatasi stunting. Kita tarik ke belakang sampai bagaimana pernikahan dini, kualitas ibu kualitas bapak, kebersihan dan gizinya sampai moralnya, itu menjadi tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
Sugiri menargetkan tahun ini angka stunting Ponorogo harus berada di angka 5 persen, dari tahun 2023 angka stunting Ponorogo masih diangka 9,3 persen.
” Bukannya kita ingin kejar nilai kaya rapot bukan. Karena semakin kecil nilai nya semakin bagus kwalitas generasi penerus itu parameter nya,” ungkapnya.
Sugiri mengeklaim, masih adanya bayi lahir stunting di Ponorogo, karena adanya banyak faktor. Salah satunya lifestyle orang tua, yang membuat pola asuh berkurang, sehingga gizi anak tidak terkontrol.
Ini penting sekali. Masih adanya stunting di Ponorogo ini karena banyak keluarga tidak miskin tapi bayinya stunting. Pola asuh dimana ibunya senam, sosialita dan kerja ini juga menjadi faktor. Maka dari sini kita pikir sama-sama. Agar stunting ini bisa teratasi,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Ponorogo, Henry Indra Wardhana mengaku, akan mengupayakan stunting di Ponorogo turun diangka 5 persen tahun ini.
” Nah ini sedang kita upayakan. Tapi bersama-sama. Dari semua sektor kita libatkan juga. Karena stunting itu tidak hanya masalah gizi saja tapi dimulai dari menyiapkan ibu-ibu muda sesuai dengan umur yang ideal untuk menikah,” ungkapnya.
Henry mengaku, ada 25 desa di Ponorogo dengan kasus stunting tertinggi, yang saat ini menjadi fokus penyelesaian pihaknya. Sejumlah program pun telah diluncurkan untuk mengintervensi penurunan stunting di wilayah tersebut. (adv/el).